Kita untuk slamanya Panderman-Batu |
Persiapan matang, guna menakklukan
gunung panderman (dengan tinggi 2045 meter dpl) sudah aku rencakan jauh-jauh
hari sebelumnya. Subuh, 29 Agustus 2014 packing-packing sambil menghubungi
Salsul, Nurel dan Ase dan Brek(mungkin terlelap tidur he). Yups, persiapan pun selesai sambil
mengantarkan yang lain ke Halte Bus (emang ada Halte? ho) aku dan om Nurel berangkat naek
motor, tapi sebelumnya pamit dan minta izin dulu kepada kedua orang tua. Hehe.
Mengingat temen-temen yang laen naek bus, santailah kami mengendarai sepeda
motor sambil menikmati pantai dan hutan yang ada disamping kanan-kiri jalan. Sambil kontak-kontakan dengan
teman-teman yang di bus tak terasa sudah sampai di SURAMADU “guman ku dalam
hati, eh sudah separo jalan ke Batu” hehe.
Skip – sampai di Gempol-Pasuruan jam
09.30 WIB kita berhenti sejenak buat beli minum+roti pengganjal perut. Daerah
ini seperti tak asing lagi buat ku. Sambil mengontak temen-temen yang
naik BUS kami melanjutkan perjalanan, takut terlewat jumatan. Hehe. Akhirnya
saya sampai di daerah terminal Arjosari sekitar 10.50 WIB, sambil muter-muter
untuk cari masjid yang pas buat jumatan. Puter mulai muter akhirnya sampailah
saya di Masjid yang berada didaerah perumahan Blimbing. Alhmadulilah jamaah
masih terlihat sepi, kita bisa mempersiapkan diri untuk jumatan dengan baik.
Setelah selesai jumatan kita bergegas untuk berkumpul dengan teman-teman yang
naik BUS diterminal Arjosari (terminal Kab. Malang). Sambil menunggu Ubed dkk
menjemput kami. Sambil menunggu, kami saling bercerita pengalaman dalam
perjalan. Antara yang naik BUS dengan yang naik motor. Tidak lama kemudian Ubed
dkk. Datang Untuk menjemput kami, segeralah kami bersama menuju kontraan brek.
Sampai disana kami membantu
membersihkan kontraan brek & Rudi yang kotor, maklum sejak liburan ini
masih baru dan pertama kali di tempati. Sorenya kami semua berangkat kerumah
Mbak Ulfa (kakak Ubed) di daerah Tirto.
Sambil cangruan dibelakang rumah, yang tepat terdapat taman dan Gazebo kami membicarakan
semua perlengkapan apa saja yang dibutuhkan untuk pendakian besok. Sambil lalu
mengecek perlengkapan satu persatu. Agar stamina dan fisik kami 100%, kami
sepakat untuk tidak begadang terlalu malam. Kami pun tidur sekitar jam 22.30
WIB. Oh ya lupa, sempat cemas karena Ida
(anggota perempuan) dari team kami tidak bisa ikut karena sibuk dengan skripsi
nya, ini berimbas pada Diyah yang dari Mojokerto tidak mahu ikut kalau tidak
ada perempuannya.
Depan Rumah Mbak Ulfa |
Esok pun tiba, kami belanja semua
kebutuhan untuk pendakian di Toko Nenek nya haha. Sambil menunggu Shalat Dzuhur kami
merapikan semua barang bawaan di tas masing-masing. Jam 13.00WIB kami
berangkat, dan janjian bertemu dengan rombongan dari Mojokerto di daerah
terminal Batu. Ehhh. Ternyata kami menunggu sedikit lama, sambil mengurangi
kebosanan sambil muter-muter di daerah Jatim Park 2 dan Eco green Park. Lama
menunggu, akhirnya Diyah dan mas Adi datang sekitar jam 14.30WIB. setelah bersalaman, kami pun berangkat menuju
Dukuh Toyomerto Desa Pasanggrahan yang merupakan satu-satu nya jalur umum yang
digunakan untuk mendaki. Sebelum sampai desa Pasanggrahan, Adzan asyar
berkumandang, kami pun mencari masjid terdekat untuk shalat. Ternyata mbak Anik
dan Mbak Ummi juga ikut, dan masih dalam perjalanan dari Mojokerto. Sambil
menunggu dimasjid sampai laper, temen-temen ada yang membeli makanan ringan da
cilok didepan masjid. Ya!, sekitar sejam kemudian mbak anik dan mbak ummi
datang dengan dijemput Diyah. Kami pun melanjutkan perjalanan dengan harapan
tidak mendaki di malam hari.
Tak seperti yang dibayangkan!, jalan
menuju Desa Pasanggrahan sungguh ekstrim, ada motor dari kelompok kami yang
tidak kuat dan harus istirahat untuk mendinginkan mesin. Sekitar jam 16.30WIB
kami sampai di pos I, yaitu tempat pengecekan dan penitipan sepeda motor.
Dengan biaya parkir motor @ Rp 5.000, dan tiket pendakian @Rp 3.000. setelah
selesai mengurus semua administrasi kami berdoa dan foto-foto untuk memulai
pendakian. oh ya, jumlah anggota kami sebanyak 11 orang
Foto saat Pengecekan dan mempersiapkan administrasi |
Narsis saat pengecekan |
Tepat jam 17.00WIB kami mulai
pendakian, ada yang bernyanyi ditemani semilir angin pegunungan yang sejuk dan
suara gemercik air dikanan dan kiri jalur pendakian. Sekitar 30menit perjalanan
kami sampai diitempat pengisian air terkahir (sekitar 1330 meter dpl) dimana
ini merupakan tempat terakhir pengisian air bersih, karena setelah ini tidak
akan lagi dijumpai tempat pengisian air bersih. Disekitar banyak perkebunan
buah dan bunga yang dimiliki warga, menambah ciri khas nuansa pegunungan.
Setelah air terisi kami melanjutkan perjalanan menuju pos II yaitu Latar Ombo
(1.600 meter dpl) dengan jarak te,puh sekitar 1 jam tanpa istirahat. Jalur
menuju latar ombo ini masih relatif enak, seperti jalan di kampung halaman
saya. Hehehe.
Kanan kiri seperti jalan di Samping rumah |
Saling menjaga adalah tanggung jawab
bersama. Hari mulai gelap, kami pun menyiapkan senter. Setelah berjalan cukup
lama, akhir nya sekitar jam 18.15 WIB kami sampai di pos II yaitu latar lombo.
Sejenak kami beristirahat disini melepas lelah. Ada sebagian pendaki yang
bermalam disini, sambil foto-foto narsis dulu.
SunSet Latar Ombo |
Selang beberapa saat kami melanjutkan
perjalan menuju pos III yaitu Watu Gede (1.730 meter dpl). Konon diberi mana
watu Gede karena banyak batu-batu besar yang berhamparan disini. Jarang pendaki
bermalam disini, karena selain tempat yang tidak begitu datar hembusan angin
yang kencang juga jadi faktornya.
Foto Watu Gede (saat Turun) |
Jalur menuju Watu Gede ini sudah
melai menanjak, dan yang paling menyebalkan adalah debu. Bahu membahu satu sama
lain, sambil menikmati tiap langkah perjalanan. Tiap bertemu batu besar kami
bercanda dan berprasangka kalau itu adalan Pos III. Rintangan mulai hadir satu persatu,
pohon yang tumbang, jalan terjal, berbatu, licin. Akhirnya sekitar jam 20.00
WIB kami sampai di Watu Gede. Wajah sumbringah bercampur senang terpancar dalam
diri masing-masing.
Respon |
Sembari memulihkan tenaga, dari pos
ini perjalanan menuju puncak akan melewati hamparan ilalang (tahu pas besoknya,
haha) dan tanjakan-tanjakan yang lebih ekstrim sehingga sangat menguras tenaga.
Setelah diskusi, menanyakan satu persatu kesiapan. Serentak menjawab “Siapp!”
mbak kacamata. Trims buah pir nya |
Ok. Perjalanan kami lanjutkan,
formasi tetap seperti semula. Harus ada yang menjaga perempuan dalam perjalan.
Disini debu semakin terasa, dan udara sudah mulai terasa dingin. Jalan berbelok
kanan, kiri kami lewati akhirnya sampai di Puncak Gunung Panderman yang disebut
Puncak Basundara (2045 meter dpl). Tepat pukul 21.00 WIB. Serentak berteriak
dan puji syukur tidak ada hambatan dalam
perjalanan. Dipuncak ternyata kelompok kami yang datang pertama, jadi kami
dengan leluasa untuk membangun tenda yang strategis untuk melihat Sun Rise.
Yapz. Kami membuat tenda disebelah timur. Tenda dibuat berdampingan laki-laki
dan perempuan. Kami pun mulai membuat api unggun sambil lalu membuat kopi dan
mie.
Perjalanan yang menyenangkan |
Puncak Panderman |
Sambil ngobrol, cerita, bernyanyi
KAMI HABISKAN MALAM MINGGU DI PUNCAK PANDERMAN. Terlihat lampu-lampu dari kota
Batu-malang. Kami bergantian tidur selama 90 menit, dan bergantian menjaga pos
2 orang. Hal ini mengantisipasi takut terjadi hal yang tidak diinginkan. Sambil menunggu subuh terasa begitu lama. Tak
sabar menanti Sun Rise. Terbayar sudah lebih dan lesu kami dengan hamparan
panorama indah yang Ilahi, indahnya- katapun tak sanggup tuk berucap! Sempurna.
Foto Sun Rise
Hamparan pegunungan tengger |
Sun Rise |
Terpampang didepan mata Gunung
Arjuno-Wilirang dan gugusan pegunungan Tengger Bromo dan Semeru. Kami pun
menikamti indahnya pagi, sambil menyiapkan cemilan untuk mengganjal perut.
Hehe.
Pemandangan kota Batu |
Add caption |
Gunung Arjuno-Wilirang |
Sekitar jam 07.00 WIB kami mulai
merapikan tenda, sambil doa bersama untuk melanjutkan turun gunung. Tak lupa,
secara simbolis kami mengibarkan pusaka bendera merah putih (mumpung nuansa
agustusan hehe).
Pengibaran bendera merah putih |
Kengan Bersama |
Respon selalu dihati |
All ting tong |
Dalam perjalanan pulang
tebing kiri dan kanan terlihat ekstrim (untung jalannnya malam, jadi tak
terlihat). Ternyata perjalanan turun lebih cepet.
Jalan Pulang |
Sekitar jam 10.00 WIB kami sampai di
pos I. Kami segera telunjur, ada yang mengambil motor dan ada pula yang membeli
penthol. Akhirnya kami pisah dijalan dalam perjalanan pulang. Diyah dan Mas Adi
langsung pulang ke Mojokerto, sedangkan mbak anik dan mbak Ummi ikut rombongan
kita ke Malang. Sampai di rumah mbak Ulfa kita balas dendam. Makan yang banyak,
mandi, shalat langsung tidur. Ini semua seperti mimpi. Kisah ku di gunung
panderman
Perjalanan yang menyenangkan dengan
saudara-saudara respon, Bersambung
Sahabat!, Aku ada untuk mu bukan hanya saat ini atau kemarin, senang atau tertawa. tapi kita bersama untuk selamanya. |
Pesan:
- Persipkan semua perlengkapan camping, dan yang utama pamit dan minta doa kedua orang tua
- Siapkan stamina 100% fit
- Usahakan bawa masker
- Bekal secukupnya (tergantung makannya J)
Anggota:
iril :
Petua Tim
Ubed :
Fotografer dan Donatur
Rudi :
Donatur
Salsul : Perlengkapan 1
Nurel :
Perlengkapan 2
Brek :
Keamanan = Eko polisi
Ase :
Humas = bukan cuman Masyarakat hehe.
Adi :
Wakil Admiral
Diyah :
Sie konsumsi
Anik :
Bendahara
Umii :
sie Konsumsi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar