Selasa, 09 September 2014

Sepenggal kisah ku di Gunung Panderman-Batu



Kita untuk slamanya Panderman-Batu

Persiapan matang, guna menakklukan gunung panderman (dengan tinggi 2045 meter dpl) sudah aku rencakan jauh-jauh hari sebelumnya. Subuh, 29 Agustus 2014 packing-packing sambil menghubungi Salsul, Nurel dan Ase dan Brek(mungkin terlelap tidur he). Yups, persiapan pun selesai sambil mengantarkan yang lain ke Halte Bus (emang ada Halte? ho) aku dan om Nurel berangkat naek motor, tapi sebelumnya pamit dan minta izin dulu kepada kedua orang tua. Hehe. Mengingat temen-temen yang laen naek bus, santailah kami mengendarai sepeda motor sambil menikmati pantai dan hutan yang ada disamping kanan-kiri jalan. Sambil kontak-kontakan dengan teman-teman yang di bus tak terasa sudah sampai di SURAMADU “guman ku dalam hati, eh sudah separo jalan ke Batu” hehe.
Skip – sampai di Gempol-Pasuruan jam 09.30 WIB kita berhenti sejenak buat beli minum+roti pengganjal perut. Daerah ini seperti tak asing lagi buat ku. Sambil mengontak temen-temen yang naik BUS kami melanjutkan perjalanan, takut terlewat jumatan. Hehe. Akhirnya saya sampai di daerah terminal Arjosari sekitar 10.50 WIB, sambil muter-muter untuk cari masjid yang pas buat jumatan. Puter mulai muter akhirnya sampailah saya di Masjid yang berada didaerah perumahan Blimbing. Alhmadulilah jamaah masih terlihat sepi, kita bisa mempersiapkan diri untuk jumatan dengan baik. Setelah selesai jumatan kita bergegas untuk berkumpul dengan teman-teman yang naik BUS diterminal Arjosari (terminal Kab. Malang). Sambil menunggu Ubed dkk menjemput kami. Sambil menunggu, kami saling bercerita pengalaman dalam perjalan. Antara yang naik BUS dengan yang naik motor. Tidak lama kemudian Ubed dkk. Datang Untuk menjemput kami, segeralah kami bersama menuju kontraan brek.
Sampai disana kami membantu membersihkan kontraan brek & Rudi yang kotor, maklum sejak liburan ini masih baru dan pertama kali di tempati. Sorenya kami semua berangkat kerumah Mbak Ulfa  (kakak Ubed) di daerah Tirto. Sambil cangruan dibelakang rumah, yang tepat terdapat taman dan Gazebo kami membicarakan semua perlengkapan apa saja yang dibutuhkan untuk pendakian besok. Sambil lalu mengecek perlengkapan satu persatu. Agar stamina dan fisik kami 100%, kami sepakat untuk tidak begadang terlalu malam. Kami pun tidur sekitar jam 22.30 WIB.  Oh ya lupa, sempat cemas karena Ida (anggota perempuan) dari team kami tidak bisa ikut karena sibuk dengan skripsi nya, ini berimbas pada Diyah yang dari Mojokerto tidak mahu ikut kalau tidak ada perempuannya. 

Depan Rumah Mbak Ulfa
Esok pun tiba, kami belanja semua kebutuhan untuk pendakian di Toko Nenek nya haha. Sambil menunggu Shalat Dzuhur kami merapikan semua barang bawaan di tas masing-masing. Jam 13.00WIB kami berangkat, dan janjian bertemu dengan rombongan dari Mojokerto di daerah terminal Batu. Ehhh. Ternyata kami menunggu sedikit lama, sambil mengurangi kebosanan sambil muter-muter di daerah Jatim Park 2 dan Eco green Park. Lama menunggu, akhirnya Diyah dan mas Adi datang sekitar jam 14.30WIB.  setelah bersalaman, kami pun berangkat menuju Dukuh Toyomerto Desa Pasanggrahan yang merupakan satu-satu nya jalur umum yang digunakan untuk mendaki. Sebelum sampai desa Pasanggrahan, Adzan asyar berkumandang, kami pun mencari masjid terdekat untuk shalat. Ternyata mbak Anik dan Mbak Ummi juga ikut, dan masih dalam perjalanan dari Mojokerto. Sambil menunggu dimasjid sampai laper, temen-temen ada yang membeli makanan ringan da cilok didepan masjid. Ya!, sekitar sejam kemudian mbak anik dan mbak ummi datang dengan dijemput Diyah. Kami pun melanjutkan perjalanan dengan harapan tidak mendaki di malam hari.
Tak seperti yang dibayangkan!, jalan menuju Desa Pasanggrahan sungguh ekstrim, ada motor dari kelompok kami yang tidak kuat dan harus istirahat untuk mendinginkan mesin. Sekitar jam 16.30WIB kami sampai di pos I, yaitu tempat pengecekan dan penitipan sepeda motor. Dengan biaya parkir motor @ Rp 5.000, dan tiket pendakian @Rp 3.000. setelah selesai mengurus semua administrasi kami berdoa dan foto-foto untuk memulai pendakian. oh ya, jumlah anggota kami sebanyak 11 orang

Foto saat Pengecekan dan mempersiapkan administrasi
Narsis saat pengecekan

Tepat jam 17.00WIB kami mulai pendakian, ada yang bernyanyi ditemani semilir angin pegunungan yang sejuk dan suara gemercik air dikanan dan kiri jalur pendakian. Sekitar 30menit perjalanan kami sampai diitempat pengisian air terkahir (sekitar 1330 meter dpl) dimana ini merupakan tempat terakhir pengisian air bersih, karena setelah ini tidak akan lagi dijumpai tempat pengisian air bersih. Disekitar banyak perkebunan buah dan bunga yang dimiliki warga, menambah ciri khas nuansa pegunungan. Setelah air terisi kami melanjutkan perjalanan menuju pos II yaitu Latar Ombo (1.600 meter dpl) dengan jarak te,puh sekitar 1 jam tanpa istirahat. Jalur menuju latar ombo ini masih relatif enak, seperti jalan di kampung halaman saya. Hehehe.
Kanan kiri seperti jalan di Samping rumah
 
Foto penyiapan formasi untuk mengutamakan perempuan

Saling menjaga adalah tanggung jawab bersama. Hari mulai gelap, kami pun menyiapkan senter. Setelah berjalan cukup lama, akhir nya sekitar jam 18.15 WIB kami sampai di pos II yaitu latar lombo. Sejenak kami beristirahat disini melepas lelah. Ada sebagian pendaki yang bermalam disini, sambil foto-foto narsis dulu.
SunSet Latar Ombo

Selang beberapa saat kami melanjutkan perjalan menuju pos III yaitu Watu Gede (1.730 meter dpl). Konon diberi mana watu Gede karena banyak batu-batu besar yang berhamparan disini. Jarang pendaki bermalam disini, karena selain tempat yang tidak begitu datar hembusan angin yang kencang juga jadi faktornya. 
Foto Watu Gede (saat Turun)
Jalur menuju Watu Gede ini sudah melai menanjak, dan yang paling menyebalkan adalah debu. Bahu membahu satu sama lain, sambil menikmati tiap langkah perjalanan. Tiap bertemu batu besar kami bercanda dan berprasangka kalau itu adalan Pos III. Rintangan mulai hadir satu persatu, pohon yang tumbang, jalan terjal, berbatu, licin. Akhirnya sekitar jam 20.00 WIB kami sampai di Watu Gede. Wajah sumbringah bercampur senang terpancar dalam diri masing-masing.

Respon
Sembari memulihkan tenaga, dari pos ini perjalanan menuju puncak akan melewati hamparan ilalang (tahu pas besoknya, haha) dan tanjakan-tanjakan yang lebih ekstrim sehingga sangat menguras tenaga. Setelah diskusi, menanyakan satu persatu kesiapan. Serentak menjawab “Siapp!”

mbak kacamata. Trims buah pir nya

Ok. Perjalanan kami lanjutkan, formasi tetap seperti semula. Harus ada yang menjaga perempuan dalam perjalan. Disini debu semakin terasa, dan udara sudah mulai terasa dingin. Jalan berbelok kanan, kiri kami lewati akhirnya sampai di Puncak Gunung Panderman yang disebut Puncak Basundara (2045 meter dpl). Tepat pukul 21.00 WIB. Serentak berteriak dan puji syukur tidak ada hambatan  dalam perjalanan. Dipuncak ternyata kelompok kami yang datang pertama, jadi kami dengan leluasa untuk membangun tenda yang strategis untuk melihat Sun Rise. Yapz. Kami membuat tenda disebelah timur. Tenda dibuat berdampingan laki-laki dan perempuan. Kami pun mulai membuat api unggun sambil lalu membuat kopi dan mie.
Perjalanan yang menyenangkan

Puncak Panderman

Sambil ngobrol, cerita, bernyanyi KAMI HABISKAN MALAM MINGGU DI PUNCAK PANDERMAN. Terlihat lampu-lampu dari kota Batu-malang. Kami bergantian tidur selama 90 menit, dan bergantian menjaga pos 2 orang. Hal ini mengantisipasi takut terjadi hal yang tidak diinginkan.  Sambil menunggu subuh terasa begitu lama. Tak sabar menanti Sun Rise. Terbayar sudah lebih dan lesu kami dengan hamparan panorama indah yang Ilahi, indahnya- katapun tak sanggup tuk berucap! Sempurna.
Foto Sun Rise

Hamparan pegunungan tengger

Sun Rise
      Terpampang didepan mata Gunung Arjuno-Wilirang dan gugusan pegunungan Tengger Bromo dan Semeru. Kami pun menikamti indahnya pagi, sambil menyiapkan cemilan untuk mengganjal perut. Hehe.
Pemandangan kota Batu

Add caption


Gunung Arjuno-Wilirang

Sekitar jam 07.00 WIB kami mulai merapikan tenda, sambil doa bersama untuk melanjutkan turun gunung. Tak lupa, secara simbolis kami mengibarkan pusaka bendera merah putih (mumpung nuansa agustusan hehe). 
Pengibaran bendera merah putih

Kengan Bersama

Respon selalu dihati

All ting tong

Dalam perjalanan pulang tebing kiri dan kanan terlihat ekstrim (untung jalannnya malam, jadi tak terlihat). Ternyata perjalanan turun lebih cepet. 

Jalan Pulang

Sekitar jam 10.00 WIB kami sampai di pos I. Kami segera telunjur, ada yang mengambil motor dan ada pula yang membeli penthol. Akhirnya kami pisah dijalan dalam perjalanan pulang. Diyah dan Mas Adi langsung pulang ke Mojokerto, sedangkan mbak anik dan mbak Ummi ikut rombongan kita ke Malang. Sampai di rumah mbak Ulfa kita balas dendam. Makan yang banyak, mandi, shalat langsung tidur. Ini semua seperti mimpi. Kisah ku di gunung panderman
Perjalanan yang menyenangkan dengan saudara-saudara respon, Bersambung
Sahabat!, Aku ada untuk mu bukan hanya saat ini atau kemarin, senang atau tertawa. tapi kita bersama untuk selamanya.

Pesan:
  1. Persipkan semua perlengkapan camping, dan yang utama pamit dan minta doa kedua orang tua
  2. Siapkan stamina 100% fit
  3. Usahakan bawa masker
  4. Bekal secukupnya (tergantung makannya J)
Anggota:
iril       : Petua Tim
Ubed    : Fotografer dan Donatur
Rudi     : Donatur
Salsul   : Perlengkapan 1
Nurel    : Perlengkapan 2
Brek     : Keamanan = Eko polisi
Ase      : Humas = bukan cuman Masyarakat hehe.  
Adi      : Wakil Admiral
Diyah   : Sie konsumsi
Anik     : Bendahara
Umii    : sie Konsumsi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar