Jumat, 12 September 2014

Perempuan kecil dalam Keheningan Panderman



Perempuan Kecil

Waktu terasa lambat saat ini masih jam menunjukkan pukul 01.15 WIB, andai waktu bisa diputar! berharap mentari segera muncul diantara gugusan pegunungan Tengger. Nuansa dingin menyelimuti heningnya malam. Hanya udara dan angin saling bertegur sapa dengan pohon dan dedaunan sekitar tenda. “Kapan pagi, kapan pagi, mentari cepatlah datang!” hal inilah yang terlintas dalam fikiran ku.

Sepertiga malam terakhir tenda-tenda mulai sepi, sebagian istirahat dan tertidur pulas, sebagian berjaga-jaga dan sebagian lagi menghangatkan badan dengan meletakkan tangan atau kaki disekitar api.

Tanpa canda gurau suasana awalnya berjalan hening. Keheningan terkoyak ketika langkah perempuan itu mendekat dari samping tenda kami. Kemudian perempuan kecil itu  ikut bergabung membuat lingkaran di dekat api. Entah apa yang membaut gadis kecil ini bangun, kedinginan!, keramaian!, atau entah apalah.

Serentak perempuan kecil itu menjadi aura baru untuk mengisi keheningan malam. Perempuan kecil itu selalu menjadi inspirasi untuk membuka pembicaraan. Cemilan khas pedas menjadi teman utama dalam pembicaraan itu. Suasana tidak sepi lagi, saling cerita mulai pengalaman pribadi, kejadian menarik sehingga perempuan kecil itu menjadikan malam di Panderman menjadi lebih hidup tanpa keheningan. Sampai tidak terasa waktu sepertiga malam terlewati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar