Perempuan Kecil |
Waktu
terasa lambat saat ini masih jam menunjukkan pukul 01.15 WIB, andai waktu bisa
diputar! berharap mentari segera muncul diantara gugusan pegunungan Tengger.
Nuansa dingin menyelimuti heningnya malam. Hanya udara dan angin saling
bertegur sapa dengan pohon dan dedaunan sekitar tenda. “Kapan pagi, kapan pagi,
mentari cepatlah datang!” hal inilah yang terlintas dalam fikiran ku.
Sepertiga
malam terakhir tenda-tenda mulai sepi, sebagian istirahat dan tertidur pulas,
sebagian berjaga-jaga dan sebagian lagi menghangatkan badan dengan meletakkan
tangan atau kaki disekitar api.
Tanpa
canda gurau suasana awalnya berjalan hening. Keheningan terkoyak ketika langkah
perempuan itu mendekat dari samping tenda kami. Kemudian perempuan kecil itu ikut bergabung membuat lingkaran di dekat api.
Entah apa yang membaut gadis kecil ini bangun, kedinginan!, keramaian!, atau
entah apalah.
Serentak
perempuan kecil itu menjadi aura baru untuk mengisi keheningan malam. Perempuan
kecil itu selalu menjadi inspirasi untuk membuka pembicaraan. Cemilan khas
pedas menjadi teman utama dalam pembicaraan itu. Suasana tidak sepi lagi,
saling cerita mulai pengalaman pribadi, kejadian menarik sehingga perempuan
kecil itu menjadikan malam di Panderman menjadi lebih hidup tanpa keheningan. Sampai
tidak terasa waktu sepertiga malam terlewati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar